Minggu, 22 Mei 2016

Resensi Film The Pursuit Of Happyness

DETAIL FILM
Sutradara        : Gabriele Muccino
Pemeran         : Will Smith, Jaden Smith, Thandie Newton, dan Castellaneta
Durasi              : 109 menit
Tanggal Rilis   : 15 Desember 2006  (Amerika Serikat), 12 Januari 2007 (Britania Raya).

The Pursuit Of Happyness merupakan film dengan kisah nyata atau biografi dari seorang selesman yang berhasil menjadi pialang saham bernama Christopher Gardner yang menjadi Jutawan dan bekerja pada perusahaan stockbroker dipasar saham yang ada di Amerika Serikat. Film ini berlatar waktu tahun 1981. Disaat itu Chris memiliki seorang istri dan seorang anak yang bernama Christopher Jarrett Medina Gardner Jr. 
Pada awalnya Chris menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang (Bone Density Scanner) portable, bone density scanner tersebut memang mampu menghasilkan gambar lebih baik dari X-ray, tetapi kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Keluarga kecil ini mulai terpecah ketika mereka menyadari bahwa mereka tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan-tagihan yang semakin menumpuk.
Keadaan diperparah oleh kebiasaan Chris yang memarkir mobilnya sembarangan. Karena tak mampu membayar surat tilang, mobil Chris akhirnya disita. Chris yang saat itu menyadari banyak tagihan yang datang, iapun berusaha sangat keras untuk menjual alat tersebut. Tetapi disaat itu juga sang istri semakin resah terhadap kondisi ekonomi yang semakin tidak jelas. Puncaknya, istrinyapun pergi meninggalkan Chris dan pergi ke New York City. Awalnya ia hendak membawa serta Christopher, namun urung atas permintaan Chris
Disuatu hari ketika Chris melihat seorang memakai ferrari dan menanyakan apa perkerjaannya, dia menjawab seorang pialang saham. Setelah melihat orang tersebut Chris lalu mencari lowongan pekerjaan sebagai pialang saham. Chris menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik. Akhirnya Chris melamar di perusahaan tersebut, tetapi tidak pernah direspon oleh perusahaan itu.
Selanjutnya Chris melakukan sebuah pendekatan terhadap petinggi perusahaan yang bernama Mr.Twistle, Chris yang pantang menyerah tersebut mulai membuahkan hasil disaat Chris berpura-pura menumpang di sebuah taksi yang dinaiki oleh Mr.Twistle. Jaman tersebut ialah awal mulanya permainan rubik dipopulerkan, banyak sekali yang bermain itu. Selama perjalanan itu Mr.Twistle memainkan rubik dan masih belum bisa memecahkan permainan itu. Chris yang pernah hampir menyelesaikan rubik milik anaknya itupun mencoba menarik perhatian Mr.Twistle yaitu dengan memecahkan rubik tersebut, setengah perjalanan yang sangat panjang itupun membuahkan hasil yaitu Chris berhasil membuktikan ia bisa memecahkan permainan itu dan membuat Mr.Twistle terkagum.  Selanjutnya Chris dihubungi oleh pihak perusahaan untuk melakukan interview. Sehari sebelum interview disaat Chris sedang mengecat rumahnya, Chris didatangi oleh 2 orang polisi untuk menagih biaya tilang untuk mobilnya dan membawa Chris ke kantor polisi. Di kantor polisi Chris harus ditahan selama 12 jam karena ia tak sanggup untuk membayar denda tilang yang sudah berhari-hari. Keesokan harinya disaat interview Chris yang belum sempat untuk mandi akhirnya memberanikan diri untuk berpenampilan apa adanya. Dengan kepercayaan diri saat nama Chris dipanggil ia sempat ragu untuk berdiri tetapi kesempatan tidak akan dua kali ia berdiri dan menuju ruang interview. Didalam ruangan para petinggi sempat meragukan sosok Chris, kemudian disaat Chris berbicara dengan membawa suasana yang baik para petinggi itu melihat sosok yang bagus didalam Chris, sebagai pembelaan Mr.Twistle yang sering bertemu dengan Chris mengatakan bahwa penampilan Chris ini tidak biasanya. Selesai Interview, Chris didatangi oleh Mr.Twistle untuk memberi selamat atas interview yang luar biasa itu dan akan memberi Chris pemberitahuan untuk selanjutnya.
Chris yang sedang ditagih hutang oleh pemilik rumah itu memberikan waktu seminggu untuk membayar atau tidak pindah ketempat lain. Disaat itu ia harus menjual satu alat kedokteran itu untuk bertahan hidup. Alat tersebut terjual satu dan membuat Chris harus mencari tempat yang murah untuk tinggal. Disaat pelatihan yang sudah dimulai Chris sangat berjuang dengan kerasnya untuk berhasil masuk menjadi karyawan dengan bertahan hidup. Selama pelatihan, Chris tidak dibayar, dan mulai kehabisan uang. Chris yang kemudian di usir secara paksa oleh pemilik motel pun kebingungan karna tak tahu lagi tempat untuk ditinggali. Pergi ke stasiun kereta bawah tanah yang tak tahu tujuannya membuat Chris berserta anaknya bermalam di toilet umum. Selama beberapa hari ia tidur di tempat-tempat umum, namun kemudian ia memutuskan untuk tidur di rumah singgah Glide Memorial Chruch. Karena keterbatasan tempat, mereka harus mengantri untuk mendapatkan kamar. Kadang mereka berhasil, kadang gagal dan terpaksa tidur diluar. Kemiskinan dan ke-tunawisma-an ini semakin mendorong tekad Chris untuk menjalankan tugas dengan giat dan mendapatkan pekerjaan di Dean Witter Reynolds.
The Pursuit of happyness adalah salah satu film yang layak anda tonton. Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil didalamnya. Menceritakan bagaimana sebuah kerja keras dan devotion seorang ayah terhadap anaknya membawa kebahagiaan.  Kita tidak tahu betapa mewahnya sebuah pertolongan bila kita tidak pernah kesulitan. Dan betapa indahnya kebahagiaan, bila tidak pernah merasakan penderitaan. Salah satu pelajaran hidup yang priceless.
Mungkin yang perlu kita pertanyakan dari kisah tersebut adalah bagaimana kita mengartikan sebuah kebahagiaan. Bukan hasil pencapaiannya, namun prosesnya. Karena Seorang milyuner seperti Gardner sekalipun pernah membuat keluarganya kelaparan. Pernah mengalami derita yang tak terbayangkan. Sangat beda dari film-film yang selalu berisi anak seorang kaya yang kemudian menjadi lebih kaya lagi kemudian hidup bahagia. Ini adalah cerita nyata yang juga dialami oleh ratusan juta orang di muka bumi.
Di akhir cerita, Chris berhasil menjadi peserta terbaik dan diterima bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich. Pada tahun 2006, ia menjual sebagian kecil sahamnya dan berhasil mendapatkan jutaan dolar dari penjualan itu.

SUMBER:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar