Selasa, 29 Oktober 2019

Melipir Ke Alun-Alun Surya Kencana

Kamis, 19 September 2019 menjadi hari yang bahagia buat saya. Karena tepat dihari itu saya dinyatakan lulus dari Universitas Gunadarma, dan disahkan untuk menyandang gelar ST. Setelah berbulan-bulan dipusingkan dengan penulisan skripsi saya memutuskan untuk refreshing sejenak untuk berlibur. Awalnya niatan saya mau ke luar kota antara Yogyakarta, Semarang, atau Banyuwangi. Namun diluar dugaan, Om saya mengajak untuk naik gunung di tanggal 11-13 Oktober 2019, dan yang menjadi tujuannya adalah Gunung Gede.
Gunung gede merupakan sebuah gunung berapi yang terletak di perbatasan wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi Jawa Barat. Memiliki ketinggian 2958 mdpl, dan telah ditetapkan dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung gede sendiri memiliki 3 jalur pendakian yaitu jalur Cibodas, jalur gunung putri, dan jalur salabintana. 3 jalur tersebut memiliki karakteristik dan tingkat kesulitannya masing-masing. Jalur Cibodas memiliki karakteristik landai, banyak terdapat sumber air, banyak bonus untuk foto-foto, dan bisa dapat 2 puncak sekaligus yaitu puncak gede dan puncak pangrango, minus nya tidak melewati alun-alun surya kencana, treknya panjang sehingga banyak makan waktu, dan dari camp ground ke puncak gede masih harus naik sekitar 2 jam lagi. Jalur gunung putri memliki trek yang paling singkat, camp ground di alun-alun surya kencana, dan dari camp ground ke puncak hanya butuh waktu 30 menit, minus nya sepanjang perjalanan sampai ke alun-alun surya kencana tidak terdapat sumber air, dan jalurnya cukup curam terutama di antara pos 3 ke pos 4. Jalur salabintana menjadi jalur yang paling ekstrem dan jarang diminati para pendaki, karena selain treknya yang panjang, jalur salabintana juga masih tertutup lebatnya hutan, sehingga bisa salah ambil jalur dan tersesat. Dari 3 jalur tersebut, om saya mengajak lewat jalur gunung putri karena lebih memikirkan dari segi waktu, karena hari senin nya sudah harus masuk kerja.
Banyak orang yang beranggapan bahwa gunung gede cocok untuk pemula, karena tidak terlalu tinggi, dan jalurnya pun dapat diakses dengan mudah. Saya pribadi sih tidak mau bilang ini gunung yang mudah didaki, karena kesannya terlalu meremehkan alam. Walaupun banyak orang bilang gunung gede mudah tetap harus sedia peralatan yang memadai, oleh sebab itu dari H-7 keberangkatan saya sudah menyiapkan segala sesuatu yang harus dibawa, diantaranya:
1. Tas Carrier dan Rain Cover
2. Sepatu Hiking
3. Tenda
4. Sleeping Bag
5. Matras
6. Jaket tebal
7. Peralatan masak (kompor, gas, dan korek)
8. Peralatan makan (Sendok, gelas, dll)
9. Handlamp atau senter kepala
10. Sarung tangan, kaos kaki, kupluk, dan masker
11. Jas Hujan
12. Obat-obatan
13. Logistik (Beras, lauk, makanan ringan, coklat, madu, dll)
14. Perlengkapan pribadi lainnya
Beberapa Perlengkapan yang Dibawa
 
Ada peraturan unik ketika mendaki gunung gede, yaitu tidak diperbohekan membawa tisu basah, botol minum mineral sekali pakai, dan pisau. Tisu basah dan botol sekali pakai dilarang dibawa karena 2 benda tersebut paling banyak berserakan sepanjang jalur sampai puncak, karena banyak yang tidak bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan, khususnya ke 2 jenis benda tersebut mengandung plastik yang sulit terurai, oleh sebab itu saya membawa botol tupperware untuk air minum. Sedangkan untuk pisau dilarang dibawa karena banyak yang tidak bertanggung jawab dengan bersikap vandalis mengukir pohon dengan kalimat I Love You dan segala macamnya.

Hari Pertama (Jum’at 11 Oktober 2019)
Akhirnya tiba juga hari yang telah dinantikan oleh saya. Setelah Om saya pulang kantor sekitar pukul 4 sore. Kami bertiga (Saya, Om, dan Sepupu saya) segera bergegas membereskan barang-barang bawaan dan sekaligus mengecek takut ada yang tertinggal. Setelah semua nya beres, dan selesai makan malam, kamipun berangkat ke basecamp gunung putri dengan menggunakan mobil pribadi sekitar jam 7 malam.
Cabutssss
Awalnya saya kira pendakian ini hanya bertiga saja, tapi ternyata di tengah perjalanan Om saya bilang mampir ke stasiun Bogor untuk menjemput temannya yang dari Tangerang. Akhirnya mobil diarahkan ke stasiun Bogor dan jadilah kita berangkat berempat bersama Om Anggo. Singkat cerita sampai basecamp gunung putri jam 11 malam, di basecamp sudah ramai orang yang sama-sama ingin naik juga esok hari, dan kami pun bertemu kembali dengan teman nya Om yaitu Om Ijung, total sudah 5 orang dalam rombongan kami. Akhirnya karena lelah kamipun tertidur di basecamp, sembari menyiapkan tenaga untuk esok hari.

Suasana di Basecamp Abah
 
Hari Kedua (Sabtu, 12 Oktober 2019)
Saya terbangun tepat adzan subuh berkumandang, akhirnya kamipun sholat di mesjid dekat basecamp. Selesai sholat saya menyiapkan kembali barang yang akan dibawa sembari menunggu Om Cecep (temannya si Om) membawa simaksi, tidak lupa kamipun sarapan terlebih dahulu di basecamp. Baru sekitar pukul 8 pagi Om Cecep datang dengan rombongannya, jadi total dalam satu rombangan kami terdapat 10 orang lebih yang saya sendiri juga tidak hafal satu persatu namanya. Akhirnya setelah semua lengkap bergegaslah kami jalan, tidak lupa saya membeli makan di warung untuk makan siang dan makan malam. Sampai pos masuk kami harus mengantri untuk cek simaksi. Setelah simaksi kami dicek dan lengkap perjalanan baru diperbolehkan, jadi start awal dari pos masuk sudah jam 08.30.
Pemandangan Dari Pos Masuk 
Dari pintu masuk ke pos 1 (Iinformasi Lama) jalan masih didominasi perkebunan warga setempat, dan jalan masih landai agak menanjak. Sayapun masih semangat, apalagi banyak sekali yang mendaki di hari itu, jadi motivasi sendiri buat saya. Sampai di pos 1 (Informasi Lama) jam sudah menunjukkan pukul 09.41, jadi total dari pintu masuk ke pos satu menghabiskan waktu sejam lebih. Pos 1 ini berada di ketinggian 1880 mdpl.
Pos 1
Istirahat sejenak sembari minum di pos 1, kemudian lanjut berjalan lagi menuju pos 2. Karena kalau kelamaan berhenti badan akan jadi dingin lagi dan bisa berbahaya untuk tubuh. Dari pos 1 ke pos 2 ini jalannya terus menanjak dan jalanan agak licin karena semalam bekas diguyur hujan, saya-pun berulang kali sedikit terpelesat karena pijakannya agak sulit. Jarak dari pos 1 ke pos 2 ini tidak terlalu jauh, sehinggga pukul 10.06 kami sudah sampai di pos 2, perjalanan dari pos 1 tidak sampai 30 menit. Pos 2 ini diberi nama Leugok Leunca, berada di ketinggian 1993 mdpl.
Pos 2 
Kembali kami beristirahat sejenak di pos 2 sembari melepaskan carier yang lama kelamaan terasa sakit dipundak. Ada yang unik di gunung gede ini, jadi setiap pos terdapat warung untuk beli minum. Jadi walaupun sepanjang jalan tidak ada sumber air, tidak perlu khawatir dehidrasi karena banyak sekali yang berjualan, tapi harganya pun jauh berbeda dengan yang masih di bawah.
Setelah dirasa cukup beristirahat, perjalanan dilanjutkan kembali menuju pos 3. Target kami sampai pos 3 jam 11 jadi bisa istirahat sembari makan siang disana. Perjalanan semakin menanjak dan curam, bahkan kaki saya sempat kram dan berulang kali istirahat. Sayangnya saya lupa membawa balsem, padahal disaat kaki kram seperti ini, balsem bisa jadi penolong. Akhirnya sampai juga di pos 3 pukul 11:15. Jadi perjalanan dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu 1 jam. Pos 3 ini diberi nama Buntut Lutung, ketinggian 2260 mdpl.
Pos 3
Di pos 3 ini kami makan siang, sambil menunggu rekan yang tertinggal. Saya sendiri makan nasi yang saya beli di basecamp Abah sebelum naik tadi. Nasi + ayam goreng + orek tempe menjadi menu makan siang saya. Lumayanlah untuk mengisi energi yang telah hilang sebelumnya. Dan harus saya akui, porsi makan di warung Abah ini banyak sekali, sayapun tidak sanggup menghabiskan semuanya, hehehe.
Makan Siang
Setelah perut kenyang dan istirahat 15 menit saya dan sepupu saya memutuskan untuk kembali berjalan duluan, sedangkan om saya dan temannya masih menunggu rekan-rekannya yang belum sampai juga di pos 3. Saya memutuskan berjalan duluan karena tidak kuat dingin dalam keadaan badan berhenti + baju basah dengan keringat, takutnya nanti malah bisa masuk angin, hehehe. Om saya pun mengizinkan saya untuk jalan duluan bertemu kembali nanti di pos 5. Akhirnya dengan energi yang baru terisi saya dan sepupu bergegas berjalan menuju pos 4. Perjalanan dari pos 3 ke pos 4 ini bisa dibilang merupakan jalur yang paling berat selama perjalanan mendaki gunung gede via gunung putri. Trek yang terus menanjak dan tanpa bidang datar sekalipun, dipenuhi bebatuan dan akar-akar pohon yang lebat ditambah jalannya yang licin sisa hujan semalam membuat banyak pendaki berpikir ulang untuk melanjutkan perjalanan atau tidak.
Semakin Menanjak
Saya pun berulang kali beristirahat dan sungguh lelah rasanya, seolah ingin menyerah saja. Di tengah perjalanan menuju pos 4 terdapat pos bayangan, yang biasa digunakan pendaki untuk beristirahat. Saya pun sampai di pos bayangan pukul 13:12, memakan waktu satu jam lebih dari pos 3. Pos bayangan ini diberi nama Lawang Sekateng, saya pun beristirahat hampir 30 menit lamanya disini. Karena terlalu lama beristirahat saya-pun disalip oleh Om saya bersama rekan-rekannya, padahal janji awalnya bertemu di pos 5, hehehe. Melihat Om saya yang terus berjalan tanpa istirahat di pos bayangan, saya-pun bergegas langsung berjalan kembali menuju pos 4, karena takut tertinggal jauh dari rombongan ditambah cuaca yang mendung, jadi buru-buru ke campground dibanding harus hujan-hujanan. Start dari pos bayangan sudah menunjukkan pukul 13.45, dan si Om saya bilang dari sini ke pos 4 paling cuma 20 menit. Saya-pun bersemangat karena saya pikir tidak terlalu jauh. Dan ternyata yah memang tidak terlalu jauh, namun treknya bikin kaki tidak mau melangkah, hehehe. Jalurnya bisa dibilang kacau parah, terus menanjak dengan sudut yang sangat miring, sehingga kedua kaki saya terasa sedikit sakit menahan tumpuan. Untungnya saya menggunakan sepatu yang kuat dari merk Colombia, hehehe maaf promosi.
 Semakin Menanjak
Setelah bersusah payah dengan jalur yang mematikan akhirnya saya sampai juga di pos 4. Istirahat sejenak, turunkan carrier, dan minum air putih secukupnya. Pos 4 ini diberi nama Simpang Maleber, ketinggian 2627 mdpl, sampai di tempat pukul 14.22. Ada pemandangan unik ketika saya tiba di pos 4 ini, saya melihat rombangan ibu-ibu paruh baya umurnya mungkin sekitar 40 hampir 50 tahun. Saya salut dengan rombongan ibu-ibu ini, di usia yang sudah tidak muda lagi masih mampu mendaki gunug, walaupun tas dan perlengkapan lainnya dibawa oleh porter.
Pos 4
Istirahat sekitar 15-20 menit di pos 4, kalau kata orang sih sebat dulss, baru perjalanan dilanjutkan kembali menuju pos 5. Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 walaupun masih menanjak tapi tidak separah jalur pos 3 ke pos 4. Kedua kaki saya juga tampaknya melangkah lebih ringan, dibanding yang tadi. Berjalan sekitar hampir 45 menit sampailah di pos 5. Pos 5 ini diberi nama Alun-Alun Surya Kencana Timur, ketinggian 2756 mdpl, tiba di tempat pukul 15.20.
Pos 5
Di pos 5 ini lah para pendaki biasa mendirikan tenda untuk bermalam. Alun-alun Surya Kencana bisa dibilang surganya gunung gede, karena disinilah tempat tumbuhnya bunga abadi yang dinamai bunga edelweis. Tapi jangan sekali-kali kalian yang mau datang kesini memetik bunganya. Karena perbuatan tersebut merupakan pelanggaran dan dapat dikenai sanksi bahkan pidana, karena bunga edelweis merupakan bunga yang dilindungi, sebab keberadaan nya yang sudah langka.
Bunga Edelweis
Di pos 5 atau Alun-Alun Surya Kencana Timur masih terdapat warung, sayapun membeli teh manis hangat. Nikmat rasanya, sayapun berpikir dengan banyaknya warung di setiap pos bahkan di campground-nya, untuk apa membawa kompor, makan bisa pesan nasi uduk, minum bisa pesan kopi atau teh, tapi dompet kudu tebel, hehehe. Awalnya saya mengira pos 5 ini menjadi pemberhentian terkahir dan langsung mendirikan tenda. Tapi ternyata Om saya menganjurkan untuk lanjut berjalan kembali ke Alun-Alun Surya Kencana Barat, alasannya karena kalau di Barat ada sumber air, di Timur sumber air sangat jauh. Ahirnya kami segera bergegas ke Alun-Alun Surya Kencana Barat.
Alun-Alun Surya Kencana
Perjalanan ke Alun-Alun Surya Kencana Barat sudah tidak lagi menanjak, landai saja tapi perjalanannya lumayan lama, menghabiskan waktu 30 menit, iyalah dari ujung ke ujung, hehehe. Sampai juga akhirnya di Alun-Alun Surya Kencana Barat, saat itu tepat pukul 16.00, kamipun segera mendirikan tenda karena cuaca sudah mendung takut keburu hujan. Saya sendiri membawa tenda berukuran kecil, hanya cukup untuk 2 orang, untuk saya dan sepupu saya, tendanya bisa dibilang sangat praktis dan mudah mendirikannya, tapi tetap harus diikat dengan kuat dan pemasangan pasaknya harus benar, karena kalau tidak bisa terbang tertiup angin. Setelah selesai mendirikan tenda dan beristirahat sejenak, saya dan sepupu saya mengambil air di sumber air untuk keperluan masak, apes deh paling muda kebagian disuruh-suruh doang, hehehe. Tapi ketika sampai di mata air, ternyata air yang keluar hanya sedikit, faktor musim kemarau. Alhasil kami hanya bisa mengambil sekitar 5 liter saja, jadi harus berhemat. Setelah air sudah ada saatnya memasak untuk buat teh manis atau kopi. Ngopi-ngopi santai sambil menunggu senja di Alun-Alun Surya Kencana, weits Indie banget hehehe.
Ngopi Santuy
Pukul 18 lebih hujan turun sayapun hanya bisa berdiam diri di tenda sambil ngobrol-ngobrol dengan sepupu + nyemil oreo. Dan ternyata hujannya awet, lama kelamaan suhu menjadi lebih dingin lagi, entah berada diangka berapa, yang pasti dingin. Akhirnya karena lapar + hujan jam menunjukkan pukul 19.00, saya buka saja makan malam belinya juga di warung Abah, hehehe. Selasai makan dan ngobrol-ngobrol ngalor ngidul ketawa ketiwi haha hihi, saya memutuskan untuk tidur saja, karena badan rasanya lelah sekali berjalan seharian, tepat pukul 20:00 saya tertidur pulas, dan tidak lupa memasang alarm jam 04:00 untuk summit attack ke puncak gede.

Hari Ketiga (Minggu, 13 Oktober 2019)
Tepat pukul 04:00 pagi alarm di handphone saya berbunyi, rasanya mata ini belum mau membuka, jujur masih mau tidur lagi. Seperti kata seorang stand up comedy yang hobinya naik gunung, “Bangun pagi di gunung adalah sebuah keniscayaan yang fana”, hehehe. Namun saya paksakan untuk bangun karena saya pikir kapan lagi bisa kesini, mumpung kesini harus dapat sunrise dari puncak gede. Akhirnya saya dan sepupu saya bergegas siap-siap untuk summit, sementara Om dan rekan-rekannya memutuskan untuk tidak ikut summit, mungkin mereka sudah bosan dengan puncak gunung gede.
Dengan menggunakan jaket tebal, kupluk, sarung tangan, masker, handlamp, dan tidak ketinggalan hp untuk foto-foto segera kami berangkat pukul 04:15. Menurut si Om ke puncak gede dari Alun-Alun Surya Kencana Barat memakan waktu 30 menit, ikuti saja petunjuk jalan, tidak akan nyasar. Namun saya tidak percaya dengan kata-katanya, kalau dia bilang 30 menit, berarti lebihkan jadi 45 menit, hehehe. Sepanjang perjalan banyak juga pendaki yang ingin ke puncak, jadi banyak temannya. Sepanjang perjalanan saya memegang madurasa sachet, kata orang sih madu lumayan berguna untuk menambah kalori, jadi saya emut sembari berjalan.
Disini lah cobaan datang, terpaan angin kencang pagi hari, ditambah suhu yang sangat dingin yang kalau saya perkirakan bisa sampai 8ºC, dan jalan yang terus menanjak tanpa ampun, membuat saya berpikir ulang untuk lanjut atau putar balik turun ke tenda. Berulang kali saya berhenti karena tidak sanggup dengan dinginnya, tapi dilema juga karena kalau diam dinginnya akan semakin menusuk tulang. Akhirnya saya memutuskan untuk terus naik pelan-pelan saja, bodo amat kalaupun terlewat sunrise, karena yang terpenting adalah keselamatan saya.
Terus berjalan sekitar 45 menit terdengar suara orang berteriak histeris, dan saya berpikir apakah itu puncaknya. Seketika saya langsung berjalan cepat, dan benar saja baru 2 menit berjalan ternyata sudah sampai puncak. Dan seketika rasa lelahpun hilang, terbayar dengan indahnya pemandangan dari atas puncak gunung gede. Istirahat sejenak dan setelah itu barulah kami foto-foto di puncaknya.
 Tugu Puncak Gede

Sunrise Dari Puncak Gede

Sungguh indah ciptaanMu Tuhan, saya bersyukur bisa melihat dan merasakan secuil keindahanMu. Dari awal saya berjalan, tidak ada niat sedikitpun untuk menaklukkan gunung. Karena saya sadar, saya bukan siapa-siapa di mata Sang Pencipta. Saya mendaki bukan untuk menaklukkan gunung, melainkan menaklukkan diri sendiri, menaklukkan rasa ego dan rasa sombong yang ada dalam diri. Terima kasih telah memberikan saya kekuatan untuk berjalan mengagumi CiptaanMu.
Puncak Pangrango Tampak Dari Puncak Gede
 
 
Indah Pemandangan
Setelah puas berfoto-foto, kamipun segera turun ke tenda, jam menujukkan pukul 06:00. Diperjalanan turun kami masih sering berpapasan dengan pendaki yang baru mau ke puncak, sehingga harus berbagi jalan bergantian. Sampai tenda pukul 06:45 istirahat sejenak dan segera memasak untuk sarapan. Menu sarapan pagi ini nasi + abon sapi + sosis, dan untuk kuahnya rebus Indomie, hehehe. Dengan perlengkapan masak yang kami bawa, segeralah kami memasak beras dan mie, sedangkan abon dan sosis sudah siap santap. Nikmat rasanaya sarapan pagi itu walaupun terkesan sangat sederhana.
 Sarapan
Setelah makan selesai dan istirahat sejenak, kami-pun segera beres-beres perlengkapan untuk bergegas turun. Kembali packing satu persatu barang ke carrier, tidak lupa sebelum jalan pulang, foto dulu ramai-ramai. Tepat pukul 09:30 kami berjalan pulang, kalau kata rekannya Om perjalanan turun lebih cepat hanya memakan waktu setengah saja dibanding perjalanan naik. Dan ternyata benar, perjalanan naik kemarin kami memakan waktu 7 jam lebih, tapi ketika turun baru pukul 13:07 kami sudah sampai di pos simaksi (pintu masuk), hanya memakan waktu 3,5 jam. Saya akui perjalanan turun memang lebih cepat, tapi kaki ternyata lebih sakit terutama di bagian jempol kaki, karena menjadi tumpuan saat turun. Di pos simaksi kita harus melapor dulu namamya siapa saja, dan tidak ketinggalan sampah yang kami bawa dibuang ditempat sampah yang tersedia.
 Foto Sebelum Pulang

 Bersama Om-Om Pro

Setelah selesai melapor dan turun ke basecamp Abah, kamipun segera istirahat. Makan siang, tidur sejenak, dan ada juga beberapa yang mandi di kamar mandi basecamp. Barulah pukul 14:50 kami pulang ke rumah masing-masing tidak ketinggalan juga berpamitan kepada Abah yang sudah bersedia memberikan tempat untuk kami beristirahat. Sungguh pengalaman yang luar biasa untuk saya, mendaki bareng Om-Om yang sudah professional memberikan banyak sekali pelajaran dan masukan untuk saya kedepannya. Semoga suatu hari nanti saya bisa mampir lagi ke gunung gede ini, mungkin lewat jalur yang lain, dengan persiapan yang lebih matang lagi.

Tips ke Gunung Gede :
1. Pilih hari yang bagus, usahakan jangan dimusim hujan.
2. Latihan fisik 2 minggu sebelum mendaki.
3. Untuk pendakian Gunung Gede harus booking terlebih dahulu di situs online TNGGP.
4. Persiapkan tim dan perlengkapan yang akan dibawa.
5. Usahakan minimal 3 orang dalam 1 tim (1 orang harus sudah pernah mendaki sebelumnya)
6. Bawa jaket tebal, karena suhu di gunung gede cukup dingin.
7. Untuk pendakian gunung gede kita bisa naik pagi atau malam. Jika pagi bagusnya jam 8-10, kalau malam jam 6-8 malam.
8. Dirikan tenda ditempat yang datar dan usahakan diselimuti pohon atau semak supaya tidak terkena tiupan angin gunung langsung
9. Jika ada anggota kelompok yang sakit parah, segera bawa turun, jangan memaksakan naik.
10. Bawa turun sampah yang kamu hasilkan.